LATIHAN ALAM ORIENTASI DASAR PEMAIN TEATER (LAODPT); MEMBUMIKAN TEATER


Oleh: Haris Teater Korekdsc00063

Pekerja apapun, dan seperti apapun pekerjaan itu, tidak akan sampai pada esensi pencapaian yang diharapkan sebelum memiliki dasar atau pijakan yang kokoh tentang bidang yang tengah digulatinya. Begitupun halnya dengan pekerja teater. Pelaku teater harus memiliki landasan teori yang kokoh tentang keteateran yang akan digulatinya. Sehingga pelaku teater itu tidak terjebak dalam selubung imajinasi yang membuatnya jauh dengan kajiannya sendiri. Tanpa teori teater, pelaku teater hanya akan mereka−reka kebenaran berdasarkan pemikirannya sendiri. Teater menjadi subjektif dan menjadi barang asing serta membingungkan. Walaupun demikian, tidak setiap teori teater berlaku untuk semua zaman. Karena setiap zaman memiliki persoalanya sendiri−sendiri. Semua itu tergantung bagaimana persoalan sosial yang melatarbelakangi teori teater itu dilahirkan.

Sebagai salik yang hendak memasuki alam teater. Teori teater dibutuhkan sebagai pijakan dan landasan pemikiran dalam merespon persoalan sosial yang kelak menjadi naskah drama yang dipertunjukan. Sehingga naskah drama itu bukan semata lahir dari imajinasi penulis, namun lebih merupakan hasil riset dari kesenjangan sosial dengan analisa yang komperhensif. Disini, teater bukan lagi menjadi drama yang dipentaskan. Namun lebih merupakan respon pelaku teater terhadap persoalan sosial yang mendesak untuk segera di carikan solusinya.
LAODPT (Latihan Alam Oreientasi Dasar Pemain Teater) bukan hanya diarahkan kepada drama turgi teater. Para salik teater juga harus mengetahui dinamika perkembangan teater khususnya di bekasi. Sebelum diperkenalkan dengan masyarakat teaternya. Para salik teater harus juga memahami kondisi atau keadaan sanggar atau organisasi teaternya. Kondisi internal dan eksternal dalam memahami organisasi teater yang ditempatinya akan memberi kecenderungan bagaimana sikap berteaternya kelak. Apakah ia akan memiliki kecenderungan yang optimistik atau sebaliknya. Hal itu tentunya tidak terlepas dari pencapaian−pencapaian yang diperoleh suatu sanggar atau organisasi teater.

Kemudian, setelah memahami setiap jengkal persoalan dalam internal dan eksternal itu. Barulah para salik teater ini diberi pemahaman tentang kondisi atau keadaan mayrarakat teater secara luas, khususnya di bekasi. Hal ini teramat penting. Karena bagaimanapun para salik teater ini akan melebur dengan masyarakat teaternya. Dengan memberikan pemahaman masyarakat teater di bekasi. Para salik teater ini dimungkinkan tidak gagap dalam menyikapi setiap persoalan dan kecenderungan setiap komunitas teater pada masyarakat teaternya kelak. Sungguhpun demikian, diperlukan kajian dan analisa yang luas perihal dinamika teater di bekasi. Hal ini tentu akan berhubungan dengan data yang terdokumentasikan oleh setiap sanggar atau organisasi teater. Lebih−lebih badan pemerintahan bekasi yang mengurusi tentang kesenian di bekasi. Dalam hal ini adalah Dewan Kesenian Bekasi (DKB) yang menjadi organisatoris setiap kesenian di Bekasi. Dengan data yang terdokumentasikan itu peneliti/penafsir dapat menyesuaikan diri dengan analisanya sehingga kecenderungan subjektifitas dimungkinkan dapat dihindari.

LAODPT sebagai pengenalan dasar keteateran kepada salik teater juga harus difokuskan kepada tanggungjawab dirnya sebagai pelaku teater sekaligus bagian dari masyarakat dimana dirinya tinggal. Pelaku teater yang bermasyarakat. Pelaku teater yang lebih dikenal karena empatinya dan kecenderunagnnya terhadap permasalahan sosial disekitarnya. Bukan pelaku teater yang terpisah dan mengasingkan diri dari masyarakat. Teater menjadi dekat dengan masyarakat, tanpa kehilangan kesakralannya sebagai anak kembar kehidupan. Inilah elemen paling penting dari LAODPT para salik teater.

Dengan demikian, para salik teater memiliki akar yang kokoh dengan masyarakatnya. Baik masyarakat teater maupun masyarakat sosial pada umumnya. Teater menjadi dekat dengan masyarakat. Teater tidak hanya dikenal dan di tonton oleh kalangan teater itu sendiri. Namun setiap kalangan dengan latar yang berbeda menggemari setiap pertujukan yang dilakukan oleh pelaku teater. Karena apa yang dipertunjukan adalah realitas yang dekat dengan masyarakat. Bukan realitas yang mengawang kealam antah berantah yang membuat penonton merasa jenuh dengan apa yang ditontonnya. Sehingga bukan hanya pelaku teater itu sendiri yang terbelah dengan realitas yang paling dekat dengannya. Pun penonton, akan juga ikut terbelah dan semakin jauh dengan realitas kesehariannya. Teater menjadi prodak imajinasi yang jauh menggantung di atap langit. Terlalu jauh, terlalu luas dan terlalu tinggi sehingga persoalan yang dipertunjukan diatas panggung hanya menjadi tontonan belaka. Tidak ada sikap kritis dalam menanggulangi persoalan yang dipertunjukan diatas penggung itu.

Demikianlah para salik teater diperkenalkan dengan realitas yang paling dekat dengannya. Kemudain secara bertahap dan seiring dengan perkembangan intelektualnya akan melangkah dengan sendirinya kepada persoalan yang makin meluas, makin dalam dan makin berani. Mereka nantinya memiliki filsafat hidupnya sendiri yang didapat dari realitas yang mereka temui. Dan pada akhirnya para salik teater ini bukan semata−mata menjadi pelaku teater, namun merangkap sebagai pemikir teater. Wasalam! Ayo bekerja!

Tinggalkan komentar